Selasa, 17 Maret 2015

ANAK NAKAL Season 1 Part 8

VENUS PREGNANT

Perut Bunda makin membuncit. Hasil dari USG menyatakan bayinya sehat dan sepertinya akan lahir bayi laki-laki. Sekalipun hamil ternyata bunda makin lama makin menarik. Aku sebenarnya takut untuk bercinta dengan wanita hamil. Oleh karena itulah aku tak pernah terlalu bersemangat bercinta dengan kak Vidia ataupun Nur ketika hamil. Walaupun aku suka ketika mengisap tetek mereka yang ada isinya. Namun pengalaman bunda melebihi pengalaman Kak Vidia dan Nur dalam masalah bercinta ketika hamil. Bunda mengerti kebutuhanku, dan beliau tahu cara untuk memenuhi kebutuhanku. Akan aku ceritakan pengalamanku ketika bunda hamil anakku.

Usia kandungannya sudah hampir 7 bulan. Bunda juga ngidamnya ndak aneh-aneh seperti Kak Vidia ataupun Nur. Ngidam yang paling sulit aku lakuin adalah Nur. Ia kepengen banget untuk bisa makan bebek peking tapi dagingnya harus dimasak dengan bumbu ayam betutu. Ribet kan? Tapi Nur punya alasan kayak enak kalau bebek peking dibuat seperti itu. Ndak wajar, kubilang. Tapi begitulah, kata orang Jawa kalau ngidam nda keturutan anaknya bakalan ngiler. Akhirnya aku masak sendiri. Beli bebek peking trus setelah itu dimasak seperti ayam betutu. Dan bisa diprediksi dapur berantakan. Kak Vidia ketawa kerasa diceritain masalah itu. Bunda juga ikut-ikutan. 

Kata beliau waktu hamil aku dulu ngidamnya ndak aneh-aneh, paling kepingin buah sawo padahal tidak lagi musimnya. Ayah sampai kebingungan nyari, bahkan harus ke daerah pelosok hanya dapat 1 kg sawo itu saja masih muda. Tapi bunda nikmat banget makannya.

Kak Vidia ngidamnya ndak terlalu, cuma agak aneh saja. Hampir seluruh novel-novel percintaan diborong olehnya selama ngidam. Kalau biasanya ngidam itu buah mangga atau apa, tapi Kak Vidia ini tidak. Malah ngidam buku. Ndak cuma novel percintaan saja sih. Kalau ada buku lain yang sepertinya menarik pasti juga dibeli. Katanya kalau nggak baca buku seharian rasanya ndak enak banget kepengen marahan melulu.

Nah, bunda ndak aneh-aneh ngidamnya. Paling disuruh nyariin nasi padang pas jam 2 malam. Itu pun karena pas siangnya kami menikmati nasi padang.  

Entah kenapa siang itu rasanya panas sekali. Saking panasnya bunda pun menyalakan AC dengan suhu dingin. Bunda, duduk di sofa sambil mengelus-elus perutnya. Aku rasanya tergoda sekali ingin mengelus-elus perutnya. Bunda hari itu hanya pakai tank top dan celana legging. Sehingga perutnya kelihatan banget. Kayaknya dadanya makin besar. Terus terang, aku sedikit membayangkan kalau misalnya sekarang ini aku bercinta dengannya. 

"Ndak ngantor pah?" tanyanya. Semenjak identitas kami sebagai suami istri, semuanya memanggilku dengan sebutan papah. Itu membuat hubungan kami tambah hot. 

"Nggak mah, papah kepingin di rumah saja," kataku kemudian menghampiri bunda yang duduk sambil mengelus-elus perutnya. Aku duduk di sebelahnya. "Males keluar, panas banget." 

"Iya, panas banget. Mamah sampe nyalain AC," kata bunda. Aku tahu kalau bunda itu jarang banget nyalain AC, tapi hari ini panasnya benar-benar di luar batas.

Bunda tidak pakai kerudung tentunya. Wajahnya masih cantik, bodynya masih bahenol. Tapi karena hamil ini lengannya sedikit gemuk. Pipinya sedikit chubby. Tapi tetap hal itu membuatnya menarik. 

"Pijitin mamah dong pah, pinggul mamah pegel," katanya. Aku kemudian memasukkan tanganku ke belakang tubuhnya. Bunda menggeser tempat duduknya untuk memberikan ruang gerak.

"Aduh duh duh...," bunda mengaduh lalu tersenyum.

"Kenapa mah?" tanyaku

"Ini, oroknya gerak-gerak, lihat!" aku melihat perut mama tampak menonjol. Sepertinya adik bayi sedang menendang. Kudekatkan wajahku, lalu kuciumi perut bunda tepat di tonjolan kecil itu. Lalu tonjolan kecil itu menghilang. 

"Sudah bisa gerak ya sekarang?" tanyaku.

"Sering, terutama pas ndak ada papahnya di rumah, hampir gerak tiap hari," jawab bunda. Tangan kiriku membelai-belai perutnya, tangan kananku tetap memijiti pinggulnya di atas tulang ekor.

"Mah, aku makin cinta ama mamah," kataku.

"Aku juga pah," kata bunda. Aku lalu mencium bibirnya. "Kamu kepingin?"

Aku mengangguk. Lalu menciumnya lagi. Kami saling memanggut hot. Tangan kiriku sekarang meremas-remas susunya. Aku bisa merasakan buah dada bunda mengeras. Tidak seperti dulu. Mungkin sudah ada isinya. 

"Ohh...mah...," desahku. 

Bunda lalu melepaskan tanktopnya. Bunda memang tak pakai bra, karena dari tadi aku meremasi buah dadanya, aku langsung bisa merasakan kerasnya puting susu yang kecoklatan itu. Begitu dadanya terekspos, perhatianku pun beralih ke dadanya. Sesuatu yang aku suka yaitu ASI. Mulutku sudah mencaplok puting susunya, kulumat, kujilati, kukulum dan kuhisap. Air susunya pun keluar. Rasanya agak manis. 

"Ohh...pahh...papah netek," keluh bunda. 

Juniorku makin tegang aja. Kini serasa sesak celana pendek yang aku pakai. Bunda membiarku menyusu kepadanya bergantian kiri dan kanan. Tangan kirinya mencari-cari pionku yang sudah mengeras. Ketika menemukannya, tangannya pun menelusup ke dalam celana pendekku. Kemudian kepalanya dipencet-pencet dan diputer-puter. Ouugghh...enaknya. 

Yang aku sukai dari bunda dalam bercinta adalah ia sudah berpengalaman. Ia juga tahu titik-titik kelemahan lelaki. Jadi setiap bercinta dengan bunda, pasti aku mendapatkan dua hal yaitu kepuasan bunda dan kepuasanku. Dengan tangannya saja ia bisa memberikanku kepuasan seperti bersenggama. Sebab caranya memainkan penisku dengan tangannya berbeda dari sekedar coli. Juga ketika oral. Bunda sangat jago. Ketika bunda belum hamil dulu, benar-benar aku lemes dengan perlakuannya kepada penisku. Bahkan bunda tak ragu-ragu untuk menelan seluruh spermaku hingga kering. Dalam bercinta pun seperti itu, bunda selalu berusaha memuaskan dirinya, baru kemudian mengimbangiku. Aku dibimbingnya untuk memuaskan titik-titik sensitifnya sehingga percintaan kami sangat panas dan sangat bergairah. Selalu dan selalu ingin diulang.

Kupuaskan menghisap air susu bunda. Tanganku sudah tidak memijat lagi sekarang. Tangan kiriku masuk ke celananya dan mengelus-elus bibir kemaluannya. Bunda mendesis dan mengeluh. Kusibak bibir vaginanya yang sudah mulai basah. Perlahan-lahan jari tengahku mencari lubangnya. Dengan lancar jari tengahku masuk dan menggesek-gesek lubangnya. Bunda menyandarkan kepalanya ke sofa. 

"Paahh..ohh...iya itu pah, digesek-gesek," kata bunda. Beberapa kali ia menggeliat ketika jari tengahku menyentuh klitorisnya. Sementara itu bibirku masih di putingnya menyedot seluruh ASI yang ada. Aku tak peduli kalau misalnya ASI-nya habis. Setelah yang kanan kulanjutkan yang kiri. 

Tangan bunda berhenti mengocok penisku, kini ia menggenggam erat batangnya hingga aku ngilu. Tanganku makin cepat keluar masuk di kemaluannya. 

"Pahh...mamah mau nyampe, ooohh...iya begitu paahh...ooouuucchh!" pantat bunda terangkat aku mengeluarkan tanganku dan bunda memeluk kepalaku hingga wajahku terbenam di lautan toketnya. Tiga hentakan pinggul bunda naik ke atas. Perutnya yang buncit itu makin membubung. Lalu bunda lemas. Ia menutup keningnya dengan lengan kanannya, sehinga aku bisa melihat ketiaknya yang putih. 

Aku lalu menuju ke ketiaknya dan kujilati. Bunda kegelian dan mendorongku, "Geli pah, jangan...!"

Aku tak peduli kujilati dan kuciumi keteknya sampai puas. Bunda makin berusaha mendorongku karena kegelian, hingga kemudian ia tertawa. Ia mencubit pinggangku.

"Aduh," aku mengaduh.

"Kamu ini dibilang geli koq, udah ah. Masukin dong, mamah udah kepengen nih," katanya. 

Bunda melepaskan sisa pakaiannya yang masi menempel. Tubuh wanita hamil itu agak eksotis. Kulit perutnya halus, aku beberapa kali mengelusnya dulu dan kuciumi. Bunda berbaring dibuka lebar kakinya. Aku bisa melihat liang senggamanya sudah basah. Bunda menggeliat-geliat minta dimasukkan. Aku posisi agak berlutut. Aku maju, kepala otongku udah ada di bibir memeknya yang lembut. Bunda tak sabar, ia yang pertama majukan pantatnya. Langsung saja otongku masuk begitu saja. 

"Ohh...pahhh....enak paaaahhh," seru mamah. 

Aku juga merasakan hal yang sama. Penisku mengobok-obok memeknya sekarang. Tangannya menggapai tanganku dan kami berpegangan. Wajah bunda mendongak, beliau sepertinya ingin menggapai lagi kenikmatan untuk kedua kalinya setelah orgasme tadi. Itulah sebabnya kini pinggulnya ikut bergoyang, kiri kanan. Dan kemudian ketika beliau menggoyang ke kiri, kepala bunda menggeleng-geleng. Rambutnya awut-awutan. Dan seperti biasa, memeknya dibuat seperti meremas-remas otongku. Walaupun hamil, memek bunda tetap bisa memberikan pijatan-pijatan hangat yang meremas batangku. 

"Ohh...maaahh...hhmmmhh...memek mamah tetep enak, papah suka....."

"Pahh..nungging yuk!?" mamah mengusap-usap dadaku. Aku menghentikan aktivitasku, kuusap-usap perut mamah yang buncit. Saat itu aku meraskan sesuatu yang menendang.

"Mah, dedeknya gerak," kataku.

Mamah tersenyum. Ia pun merasakannya. Sepertinya anakku ini juga merasakan dia digoyang-goyang. Mama pun bangkit, kemudian di sofa mama menungging. Pantatnya makin semok, aku remas-remas bongkahan pantat itu dan kuhisapi dengan gemas. Aku menggerakkan wajahku sampai mendekat ke duburnya. Lalu aku jilati bagian antara dubur dan memeknya. 

"Ouchh...pah...geli...," katanya. 

Bunda memajumundurkan pantatnya, tampaknya ia suka. Setiap kali lidahku menjilatinya, ia memajukan pantatnya. 

"Udah pah, jangan mamah geli!" bunda membenamkan wajahnya ke sofa. Walaupun ia bilang begitu tapi sepertinya merasakan nikmat. Kenikmatan-kenikmatan bisa jadi sekarang sedang mengguyur mamah. Jilatanku makin cepat dan menggelitik. Lidahku menelusup ke vaginanya. Dan dengan sapuan buas lidahku menyapu klitoris, belahan memeknya sampai duburnya. Mama menggoyang-goyangkan pantatnya lalu memajukan pantatnya. 

"Pahh...mamah...mamah pipis paahh...!" 

Aku kaget ketika bunda mengeluarkan cairan menyemprotku. Semprotannya tak cuma sekali dua kali, tapi berkali-kali sampai ia lemas. Ternyata itu titik sensitif bunda. Sofa kami jadi basah dengan squirtnya bunda. 

Aku kemudian memposisikan senjataku ke depan mulut memeknya. Aku meraih buah dadanya dan kuremasi gemas. Bersamaan dengan itu pantatku maju. Rudal coklat dengan kepala pelurunya berwarna kemerahan mulai menerobos liang kewanitaan bunda. Kulitnya sudah berkilat-kilat memantulkan cahaya karena terkena lendir senggama. Kemudian gesekan-gesekan lembut mulai dilakukan. Penetrasi untuk kedua kalinya ini sensasinya bikin kepala penisku gatal. Mungkin karena banyak squirt bunda yang keluar. Atau mungkin karena memang aku sudah benar-benar horni. Setiap aku menghujamkan penisku, aku selalu menghantamkan perutku ke pantat bunda. Dan bunda setiap terkena hentakan menjerit. 

"Aww...oohh...Aww...Awww...ppaahhh....te...rruuuss...yang cepet paahhh," kata bunda.

Aku kemudian mulai mempercepat temponya. Maju mundur dengan cepat. Terus aku pompa makin cepat, kepala bunda pun menggeleng-geleng. 

"Paah...mamah keluar lagi pah...he-eh...pah....cepet gitu, cepet...teruss...fuck me pah....fuck meee.....!" rancau bunda. 

Aku makin percepat, suara benturan pantat dengan perutku memenuhi ruangan. Memberikan kesan erotis. Tak pernah kubayangkan sebelumnya aku bakal bisa ngentotin bundaku. Bunda yang selalu mendidikku sejak kecil. Ketika kecil aku yang dimandikan olehnya sekarang kita biasa mandi bersama. Aku yang dulu menyusu sekarang aku menyusu lagi. Dulu aku yang keluar dari lubang kecil ini sekarang aku masuk lagi. Dulu dari rahim ini aku keluar sekarang aku sudah menabur benihku di sana. Aku dulu tak pernah membayangkan bakal menjadi suami dari bundaku. Bunda yang selalu meyayangiku. Kini kasih sayang itu lebih besar lagi, tak hanya sekedar seorang anak, tapi lebih kepada suami, sebuah cinta yang tak akan dimengerti oleh orang lain. Kami merengkuh birahi bersama dan kedudukanku sekarang mengisi hatinya menggantikan ayah. 

Aku hampir orgasme bahkan mungkin beberapa saat lagi benih-benih cintaku yang kental akan menyemprot di dalam rahimnya. Aku ingin mengingat setiap memory bersama bunda. Entah kenapa tapi sebelum orgasme aku ingin mengingat semuanya, mengingat semuanya hingga aku yakin setiap waktu, setiap kesempatan, setiap kenangan. Memory itu makin jelas. Bunda, aku butuh bunda, aku butuh bunda untuk birahiku. 

"Pah....punya papah makin keras, enak pah...mamah dientot papah...ohhh....suamiku....mamah keluar paahh...oohhh...punya papah sesek di dalam.....," bunda mengimbangi goyanganku. 

Ujung penisku mulai gatel. Testisku sudah sesak, sepertinya sudah benar-benar tak kuat lagi ingin mengeluarkan sperma. Benar kata bunda, punyaku udah benar-benar tegang. Kubayangkan seluruh memory ketika aku orgasme ke dalam rahimnya, ketika aku merasakan nikmatnya menyemprotkan spermaku ketika melakukan titfuck kepadanya, atau ketika ia mau menerima semburan spermaku di mulutnya, semua memory itu terkumpul untuk sebuah momen ini. Momenku menyemburkan seluruh isi testisku. 

"Bundaaa.....bundaku...kuentoooott.... terimalah buah cinta anakmu ini!!!" teriakku.

"Ohh....anakku sayang, papahku....ohhhhhh!"

CROOTT CROOTT CROOOOTT CROOOTTT CROOOTT

Banyak sekali semburan spermaku. Aku tak bisa menghitungnya tapi setiap punyaku berkedut maka setiap itu pula spermaku keluar. Bunda yang tersirami sperma hangat itu mendongakkan kepalanya sambil menjerit, memanggil namaku. Tubuhnya menegang, pantatnya bergetar hebat. Punyaku seperti diremas-remas. Aku tak bisa membohongi diri kalau aku sebenarnya sangat mencintai bunda. Melebihi Kak Vidia maupun Nur. Mungkin karena bunda adalah wanita pertama yang melepas keperjakaanku. Wanita pertama yang menerima spermaku di rahimnya, wanita pertama yang mau mengoralku dan keluar di dalam mulutnya. Mengingat itu semua membuatku terus meledak dalam kedahsyatan orgasme yang tak pernah kurasakan selama ini. 

Bunda bertahan dalam posisi menungging. Punyaku masih di dalam, dan itu dalam keadaan tegang, walaupun sudah menyusut sedikit. Perlahan-lahan aku mencabutnya. Aku lalu duduk di sofa. Kuamati batangku yang terbungkus cairan putih, campuran antara spermaku dan cairan kewanitaan bunda. Bunda masih menungging nafasnya tampak tersengal-sengal. Butuh waktu sejenak untuk bunda bisa tenang rupanya. Kulihat dari belahan memeknya tampak spermaku meleleh. Rupanya aku keluar banyak sekali. Aku bisa melihat lubangnya penuh dengan cairan kental berwarna putih. Bunda lalu perlahan-lahan mulai duduk. Tubuhnya disandarkan ke sofa. Aku duduk di sampingnya. Kemudian bunda bersandar ke bahuku. Tangan kirinya menggenggam tangan kananku.

"Pah...tadi... papah hebat sekali...bunda sampai ngerasa papah keluarnya banyak banget," kata bunda. 

"Iya mah...papah mengingat-ingat semua peristiwa persenggamaan kita, itu membuat papah bergairah dan bisa orgasme sedahsyat ini," kataku. 

PReeettt!! terdengar suara dari memek bunda.

"Apa itu mah?" tanyaku.

"Hihihi, sperma papah keluar, ditolak ama rahim, kan udah ada isinya," jawab mamah sambil tertawa kecil. 

Bunda kemudian bangkit dan melihat sofa. Dari tempatnya duduk, kulihat ada cairan kental berwarna putih di situ.

"Ini bersihinnya gimana ya? Kalau ada tamu masa' harus bilang kalau kita maen di sini," kata bunda.

Aku tertawa. "Beli sofa baru?"

"Pemborosan ah, coba deh papah yang tanggung jawab bersihin. Kan itu punya papah, horni koq di ruang tamu," bunda menjulurkan lidahnya.

Melihat beliau berdiri telanjang. Dadanya besar, perut besar, pantat montok membuat aku tegang lagi. Gila nih otong. Ndak puas-puas. Otongku langsung mengembang lagi.

"Wah, udah kepingin lagi?" tanya bunda. 

"Iya nih mah, lihat mamah tanpa baju sehelai pun, membuat papah horni," jawabku.

"Tapi mamah capek pah," kata bunda, lalu berlutut di hadapanku. Buah dadanya bertumpu di atas pahaku. "Pake oral aja yah?"

Aku mengangguk. Aku menggeser tubuhku untuk maju. Agar perut bundaku tidak menyentuh pinggiran sofa. Lutut mamah ditekuk, jadi ia duduk di atas kakinya. Saat itu terdengar suara lagi. PREEETTT...

"Benih papah keluar lagi nih. Sebanyak apa sih tadi keluarnya? Masa' sampe seliter?" canda bunda.

"Ndak tau mah, pokoknya setiap kedutan tadi keluar terus," jawabku.

"Apakah bunda ini sebegitu membuat anak bunda yang sudah jadi suami bunda ini horni?" tanya bunda. Bunda mulai beraksi. Aku duduk dipinggir sofa. Pahaku terbuka lebar, jemari bunda mulai mengusap-usap pahaku lalu selakanganku. Bunda mulai merangsang titik-titik sensitifku. Diciumnya seluruh bagian pahaku. 

"Mamah, mamah memang sangat hebat kalau merangsangku," kataku.

Bunda konsentrasi menciumi dan menghisapi pahaku. Kemudian mulai mendekat ke batangku yang sedang di pegangnya. Batangku dikocok lembut, bagian kepalanya dielus-elus oleh telunjuknya. Wajahnya pun kemudian ke bagian buah zakarku. Menciumi apa saja yang ada di sana. Senjataku makin mengeras dan on lagi. Bunda mengejar-ngejar buah zakarku. Aku merintih-rintih keenakan dengan perlakuannya. Kedua tanganku mengusapi tangannya yang melakukan kocokan lembut. 

Mulutnya lalu bergerak ke batangku sekarang. Dijilatinya batangku yang masih ada campuran spermaku dan cairan kewanitaannya. Lidah Bunda menari-nari di batangku, hingga sampai ke ujung lubang kencing, lalu mulutnya dibuka dan bibirnya maju untuk menghisap penisku. OOOuuwww.... Terlihat ujung bibirnya menutupi lubang kencingku dan lidahnya menari-nari di lubang penisku. Sensasinya ndak bisa dikatakan. 

"Mah..mamah..mamah apain itu? Enak banget?" tanyaku.

"Vidia ama Nur ndak pernah giniin kamu?" tanyanya.

"Tidak pernah mah, aku selalu bebaskan cara mereka memuaskanku," jawabku.

"Besok aku ajarin mereka biar tahu cara memuaskan suaminya ini," kata bunda. 

Kembali lagi mempermainkan lubang kencingku. Lalu sesaat kemudian mulutnya tiba melahap kepalanya lalu kembali lagi mempermainkan lubang kencingku. Alamaakk...enak banget aku diperlakukan seperti itu. Lalu pinggiran kepalaku yang cukup sensitif dijilatinya memutar. Dan tangannya mengocok batangku dengan cepat sembari mengerjai kepalanya.

"Mahh...mahh...aduhhhh...nikmat banget mah...," kataku.

Bunda mengulumnya sekarang, tapi lidahnya tetap mengerjai pinggiran kepalanya, melumeri kepala penisku dengan lidahnya lalu menghisap kuat-kuat. Kemudian diulangnya lagi. Sedangkan tangannya terus mengocok dengan cepat. 

"Maahh...udah mah.., boleh dong papah ngerasain titfuck?" kataku memohon. 

Bunda menghentikan aktivitasnya. Ia tersenyum mengetahui imajinasiku. Diangkat buah dadanya. Rudalku yang sudah sangat tegang itu lalu kumajukan agar bisa diapit oleh bukit kembarnya yang benar-benar montok. Bunda menggerakkan dadanya naik turun. Ohhh....nikmat sekali. Wajah bunda menunduk dan setiap kepala penisku mendekat ia menjilatnya. Pantatku pun tak mau diam, ikut naik turun. Aku lalu ikut memegang toketnya yang biadab itu. Dadanya kumainkan naik turun mengapit batangku. Otot-otot penisku makin mengeras, agaknya ingin keluar lagi. 

"Kayaknya mau keluar ya pah?" tanya bunda.

"Koq tahu mah?" tanyaku.

"Akukan ibumu, jadi tahu semua tentang anaknya, apalagi kita telah jadi suami istri dan selalu tahu bagaimana tegangnya kepunyaan suaminya ketika ingin menembak," jawabnya. 

"Maahh....papah mau keluar mah...," kataku.

"Semprotin aja pah," kata bunda.

"Ohh...maahh...keluar di wajah mamah ya?" kataku.

Bunda mengangguk, kemudian wajahnya mendekat. Penisku aku kocok dan menyemprotlah spermaku ke wajahnya. Lima tembakan ke wajah bunda. Setelah 5 kali tembakan, bunda memasukkan penisku ke mulutnya dan mengocoknya lembut. Sisa spermaku keluar di mulutnya. Bunda menelan sisa-sisa yang keluar di penisku. Kulihat keningnya, matanya, hidung dan pipinya terkena spermaku. Aku lemas di atas sofa. Bunda kemudian menjilati spermaku yang ada di wajahnya. Ia masukkan semua itu ke mulutnya dengan bantuan tangannya. Terlihat sangat rakus. Aku suka pemandangan itu dan menyaksikannya hingga wajahnya bersih lagi. Bunda lalu berdiri.

"Udah ah, ngeres mulu pikiran papah. Ingat lho mamah lagi hamil, cepet capek," katanya sambil meremas batangku. 

"Aduh!" kataku. Batangku ngilu rasanya. "Habis mamah seksi sih." 

"Simpan tenaga buat malam nanti ya pah, malam nanti dilanjut kalau masih kepengen," katanya. "Sekarang bersihin tuh, sofa ama lantainya!"

Aku tertawa kecil, "Iya iya mah."

Malam harinya aku mengulanginya lagi dengan bunda di ranjang. Bunda memperingatkanku agar jangan sering-sering ML, karena capek juga. Aku mengerti kondisi beliau. Maka dari itu kalau ML aku selalu berakhir dipuaskan dengan jurus oralnya atau titfuck. Satu yang aku sukai dengan bunda adalah beliau cukup sabar dengan perlakuanku selama bercinta. Menerima seluruh keinginanku, dan tahu bagaimana cara memuaskanku. Maka dari itulah, ketika setelah oral aku minta oral lagi beliau tak menolak. Bahkan ketika beliau capek beliau berbaring miring dan aku menggarapnya dari belakang. Beliau tetap bersabar sambil terus menerima sodokanku. Akhirnya setelah puas 4 ronde. Aku tertidur di dalam selimut sambil memeluk bunda dari belakang.

Dalam rumah tangga kami selalu harmonis. Walaupun aku harus membagi waktuku dengan kedua saudariku yang lain. Itu karena aku selalu memberikan sentuhan. Baik itu sentuhan sekedar mengelus tangannya, atau menciumnya. Atau  sentuhan-sentuhan yang lain. Apabila sentuhan itu makin hot, maka yang terjadi adalah dituntaskan di ranjang. Mereka sangat mencintaiku, maka dari itulah kalau misalnya tahu ada wanita lain yang aku sukai, mereka pasti akan bertanya siapa wanita itu? Apakah mau menerima keadaanku ataukah tidak? Dan aku jujur ketika menyukai mbak Juni yang sekarang entah ada dimana itu. Sedangkan yang main-main aku tak pernah menceritakannya kepada semua istriku. Bukan berarti aku tidak jujur, tapi agar keluargaku tetap utuh. Aku anggap itu semua cuma variasi saja dalam berhubungan. Toh, kebanyakan mereka yang telah berhubungan dengaku adalah menginginkan aku. Bukan sebaliknya.

2 komentar:

  1. ini kisah nyata. aku suka dengan cerita nya. terusan mbak juni gimana penasaran

    BalasHapus
  2. yg ke 11 mana suruuu kalii

    BalasHapus